Ganti??

Beberapa kali bertemu orang yang mengetahui masalah dalam rumah tanggaku bertanya, “ibu udah ada ganti atau beluum?”. Jadi catatan, yang bertanya kebanyakan masih gadis, apakah ini berarti mereka sedang mapping persaingan? Wkwkwkkwk.. mengingat ada peribahasa mengatakan, “gadis memang menarik tapi janda lebih menantang”, yang lantas dimentahkan oleh peribahasa lain, ” janda memang menantang tapi istri orang selalu terdepan” buahahahhahaa… gelooook.

Pertanyaan personal gitu sih biasanya aku jawab normatif ya, gak detail. Tapi bolela disini aku jawab detail. Biar berpuluh tahun yang akan datang saat anak cucu baca diary ini, mereka tahu alasan dari keputusan-keputusan yang aku buat sekarang yang mungkin mempengaruhi nasib mereka kelak.

Hakim memutuskan menolak gugat cerai yang dilayangkan pak arief. Artinya apa? Artinya aku masih istri syah pak arief. Satu kehormatan utk diriku menjaga kesetiaanku selama masih jadi istri orang. Itu adalah caraku menghargai diri sendiri. Jadi jelas ya, kalau belum ada pengganti, belum ada pria yang lain. Itu alasan utama, alasan lainnya karena belum ada yg mengajukan diri utk jadi pengganti, buahahahahaha..  yakin hen, si alasan lain itu bukan alasan utama? Wkwkwk.

Pastinya, jika statusku bukan istri orang aku akan membuka lebar2 kesempatan pria sholeh baik2 untuk menjadi imamku. Karena aku meyakini pasangan adalah separuh agama. Di usia mateng puun ini, tentu yang kufikirkan adalah bagaimana aku bisa menghadap Sang Kholik dengan kondisi terbaik. Menyempurnakan agama adalah salah satu kondisi yang kuinginkan.

Tentu juga gak sembarang ya, karena lelaki yang akan menjadi imamku adalah dia yang akan menjadi patron dan role model utk anak2ku. Terutama sekali dalam hal ketaatan kepada Allah. Karena pengalaman membuktikan value yang baik saja kurang cukup untuk membuat seorang pria tetap taat pada Allah dan merasa takut pada azab yang Allah berikan.

Karena aku mencari yang gak sembarang, maka tentunya aku juga harus memantaskan diri dan tidak sembarangan terhadap diri sendiri. Kan katanya jodoh kita adalah cerminan kitaaa.

Terus gimana kalau takdir Allah jodohmu adalah yang lama balik lagi hen? Tentu saja selama masih jadi suami, apapun kondisinya, apapun yang dilakukannya, aku adalah orang terdepan yang akan menjaganya. Pertanyaan itu biasanya diikuti, “kamu mau memaafkan semua yang dia lakukan?”, apa yang dia lakukan adalah kesalahan manusia. Akupun manusia yang tak luput dari kesalahan.

Siapapun yang akan datang, apakah orang lama ataupun yang baru, aku meniatkan membuka lembaran baru. Aku dengan versi diriku yang (in syaa Allah) lebih baik, demikian pula pasanganku. Perjalanan yang penuh air mata selama beberapa waktu terakhir ini sungguh pelajaran berharga, yang bodoh aja aku kl gak belajar apa2.

Tentu saja kalau boleh memilih aku memilih bersama suamiku yang sekarang. Bukan karena cinta, karena aku meyakini kokohnya peradaban itu bukan sekedar karena cinta, tapi karena ketaatan pada Allah, karena aku ingin malaikat mencatat aku sebagai hamba yang berjuang mempertahankan rumah tangga, memperjuangkan tidak melakukan apa tang Allah benci. Dalam kesadaran penuh bahwa Allah yang menentukan takdir, bukan aku n keinginanku. Jadi aku ikhlas n berserah pada apapun kehendak Allah

Well, sungguh manis ya ditulis sebagai kalimat2. Saat dialami sebagai kenyataan mungkin adalah ujian dahsyat terhadap rasa syukur, sabar n keikhlasan. Tapi dunia kan memang isinya ujian. Akhirat tempat kita ambil raport nya. Konon semakin berat ujian akan semakin manis imbalannya… kalau kita lulus. Yah, kalau trading saham yang profitnya gak seberapa aja mau take a risk, kenapa utk sesuatu yg imbalannya surga aku gak mau coba? Kalaupun gagal, setidaknya aku sudah mencoba, Allah mencatat niat n prosesnya.

Sebagai hamba aku selalu berdoa agar Allah ridho pada apapun yang aku lakukan, yang aku fikirkan, yang aku cita2kan.

Tinggalkan komentar